Postingan Populer

Selasa, 22 Juni 2021

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA “SKRINING FITOKIMIA PADA MASERASI SIRIH CINA (Peperomia pellucida)”

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

      SKRINING FITOKIMIA PADA MASERASI SIRIH CINA (Peperomia pellucida)

 



 

DISUSUN OLEH :

 

Nama                          : Riski Agustian Pratama

Npm                            : F0I019049

Kelas                           : 2A

Kelompok                  : 3

Dosen Pengampu      : Apt., Suci Rahmawati, M.Farm.

 

 

 

 

LABORATORIUM FITOKIMIA

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2021



“SKRINING FITOKIMIA PADA MASERASI SIRIH CINA (Peperomia pellucida)”

I. Tujuan Praktikum

a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan skrining fitokimia

b. Untuk mengetahui pereaksi yang dipakai pada masing-masing uji skrining

c. Untuk mengetahui cara skrining fitokimia

d. Untuk mengetahui hasil skrining yang dibandingkan dengan literatur

II. Landasan Teori

2.1 Uraian Tanaman

2.1.1 Spesifikasi Tanaman Sirih Cina (Peperomia pellucida)



(Gambar 1. Tanaman Sirih Cina)

Kingdom       : Plantae

Divisi            : Magnoliophyta

Kelas             : Magnoliopsida (Dicotyledona)

Subkelas        : Magnoliidae

Order            : Piperales

Keluarga       : Piperaceae

Genus            : Peperomia Ruiz & Pav

Spesies          :Peperomia pellucida (L.) Kunth (Kankanamge, 2017).

2.1.2 Kandungan dan Khasiat Tanaman Sirih Cina (Peperomia pellucida)

Tanaman ini kaya kandungan kimia seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, dan triterpenoid yang berkhasiat sebagai antibakteri (Angelina et al., 2015). Anggota family Piperaceae bersifat pedas dan sejuk. Seluruh bagian tanaman dimanfaatkan sebagai obat untuk mengatasi beragam penyakit seperti, luka bakar dan terpukul, penyakit ginjal, sakit kepala, dan demam (Hariana, 2015). Ekstrak dari daun tanaman ini dapat menyembuhkan luka bakar (Kojong, 2013), ekstrak daun dari tanaman ini juga dapat dimanfaatkan sebagai antikanker dan antibakteri (Wei et al., 2011). Daun ini juga memiliki aktivitas antibakteri yang mampu menghambat pertumbuhan Aeromonas hydrophila, Edwardsiella tarda, Escherichia coli, 13 Flavobacterium sp., Klebsiella sp., Pseudomonas aeruginosa, Salmonella sp., Vibrio alginolyticus, Vibrio cholera, Vibrio parahaemolyticus (Wei et al., 2011).

2.2  Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Prinsip kerja dari maserasi adalah proses melarutnya zat aktif berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Metode ini digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang, seperti benzoin, stiraks, dan lilin. Penggunaan metode ini misalnya pada sampel yang berupa daun, contohnya pada penggunaan pelarut eter atau aseton untuk melarutkan lemak/lipid (Dirjen POM, 2014).

2.3  Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam penelitian fitokimia. Secara umum dapat dikatakan bahwa metodenya sebagian besar merupakan reaksi pengujian warna dengan suatu pereaksi warna. Skrining fitokimia merupakan langkah awal yang dapat membantu untuk mengetahui adanya metabolit sekunder dalam suatu sampel. Metode yang digunakan pada skrining fitokimia seharusnya memenuhi beberapa kriteria berikut, antara lain adalah sederhana, cepat, hanya membutuhkan peralatan sederhana, khas untuk satu golongan senyawa, memiliki batas limit deteksi yang cukup lebar (dapat mendeteksi keberadaan senyawa meski dalam konsentrasi yang cukup kecil). Salah satu hal penting yang berperan dalam prosedur skrining fitokimia adalah pelarut untuk ekstraksi yang sesuai dengan derajat kelarutan suatu sampel yang akan diteliti (Farmakognosi & Fitokimia, 2016).

2.3.1 Alkaloid

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan yang umumnya berfungsi sebagai pengobatan. Golongan alkaloid sering kali ditemukan diberbagai tanaman tetapi kurang dari 1%. Alkaloid dapat dipisahkan dari sebagian besar komponen tumbuhan yang lain berdasarkan sifat basanya. Oleh karena itu, senyawa golongan ini sering diisolasi dalam bentuk garamnya dengan asam klorida atau asam sulfat. Uji skrining fitokimia senyawa golongan alkaloid dilakukan dengan menggunakan metode Culvenor dan Fitzgerald. Adanya senyawa alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih pada pencampuran pereaksi mayer dan timbulnya endapan berwarna coklat kemerahan pada pencampuran pereaksi dragendroff dan wagner. (Farmakognosi & Fitokimia, 2016).

2.3.2  Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa fenol yang terbesar pada alam. Banyaknya senyawa ini disebabkan banyaknya variasi struktur akan tetapi lebih disebabkan oleh berbagai tingkat hidroksilasi, alkoksilasi atau glikoksilasi pada struktur tersebut. Flavonoid di alam juga sering dijumpai dalam bentuk glikosida. Senyawa ini merupakan zat yang berwarna pada tanaman (Farmakognosi & Fitokimia, 2016). Uji skrining fitokimia flavonoid dilakukan dengan penambahan serbuk Mg dan HCl pekat, ditandai dengan perubahan warna menjadi kuning (Oktavia et al., 2020).

2.3.3  Polifenol

Polifenol merupakan senyawa yang banyak mengandung sejumlah gugus fenol yang menempel pada cincin aromatik. Senyawa ini sering terdapat dalam bentuk glikosida polar, mudah larut dalam air, dan senyawa aromatik yang memiliki serapan kuat pada UV. Uji skrining fitokimia polifenol dilakukan dengan penambahan FeClsebanyak 3 tetes, ditandai dengan terbentuknya warna hijau, merah, ungu, biru tua, biru kehitaman, atau hijau kehitaman (Wardhani et al., 2018).

 

 

III. Alat dan Bahan

3.1 Alat

·         Tabung reaksi

·         Pipet tetes

·         Brush

·         Rak tabung reaksi

·         Gelas ukur

·         Kertas Perkamen

·         Timbangan Analitik

3.2 Bahan

·         Maserasi Sirih Cina (Peperomia pellucida)

·         Pereaksi Mayer, Wagner, Dragendroff

·         HCl 2N

·         Serbuk Mg

·         FeCl3

 

 

IV. Prosedur Kerja

a.       Alkaloid

1.      Siapkan alat dan bahan

2.      Masukkan 2 ml maserasi sirih cina ke dalam masing-masing tabung reaksi

3.      Tambahkan 2 ml HCl 2N pada setiap tabung reaksi

4.      Masing-masing 1 ml filtrat sampel diambil dan dimasukkan ke dalam 3 tabung reaksi

5.  Tambahkan 2 tetes pereaksi mayer ke dalam tabung pertama, tambahkan 2 tetes pereaksi wagner pada tabung ke-2, dan 2 tetes pereaksi dragendroff pada tabung ke-3

6.      Amati dan catat hasil, lalu bandingkan hasil dengan literatur.

b.      Flavonoid

1.      Siapkan alat dan bahan

2.      Timbang serbuk Mg seberat 1 gram

3.      Masukkan 1 ml maserasi sirih cina ke dalam tabung reaksi

4.      Tambahkan serbuk Mg yang telah ditimbang, kocok

5.      Amati dan catat hasil, lalu bandingkan hasil dengan literatur.

c.       Polifenol

1.      Siapkan alat dan bahan

2.      Masukkan 2 ml maserasi sirih cina ke dalam tabung reaksi

3.      Tambahkan 3 tetes FeCl3, kocok

4.      Amati dan catat hasil, lalu bandingkan hasil dengan literatur.

 

 

V. Hasil dan Pembahasan

5.1 Hasil

 

Alkaloid

Flavonoid

Polifenol

Mayer

Wagner

Dragendrof

Hasil

Endapan putih

Endapan coklat

Endapan orange

Warna kuning

Hitam kebiruan

Literatur

Endapan putih

Endapan coklat

Endapan orange

Warna kuning

Biru kehitaman

Keterangan

+

+

+

+

+

Gambar


 

 


 

 Tidak ada

Tidak ada 















(Oktavia, 2020) dan (Wardhani et al., 2018).

5.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini yaitu skrining fitokimia maserasi sirih cina (Peperomia pellucida) menggunakan metode kualitatif dengan reaksi warna yang bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada sampel yang akan diuji. Faktor yang mempengaruhi ekstraksi yaitu perbandingan antara pelarut dan sampel yang nantinya akan mempengaruhi hasil uji skrining. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Maserasi sirih cina memiliki tekstur yang kental sehingga mempermudah dalam identifikasi metabolit sekunder dengan metode kualitatif pereaksi warna.

Pada hasil skrining fitokimia yang didapatkan pada sampel maserasi sirih cina (Peperomia pellucida) yaitu diperoleh bahwa sampel tersebut memiliki metabolit sekunder golongan alkaloid, flavonoid, dan polifenol. Pada literatur disebutkan bahwa sirih cina memiliki kandungan kimia yaitu Tanaman ini kaya kandungan kimia seperti alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, dan triterpenoid yang berkhasiat sebagai antibakteri (Angelina et al., 2015).

Pada hasil uji alkaloid dibuktikan bahwa maserasi sirih cina positif terdapat metabolit sekunder alkaloid yaitu sampel yang sudah diambil filtratnya 1 ml dan penambahan 2 ml HCl 2N terbentuk endapan putih pada penambahan pereaksi mayer tabung pertama, tabung ke-2 terbentuk endapan coklat pada penambahan pereaksi wagner, dan pada tabung ke-3 terbentuk warna orange pada penambahan pereaksi dragendrof. Pada uji flavonoid sampel maserasi sirih cina diambil 1 ml dan ditambahkan serbuk Mg 1 gram menghasilkan uji yang positif karena terbentuknya warna kuning yang sesuai dengan literatur. Pada uji polifenol sampel 2 ml ditambahkan 3 tetes FeCl3 menghasilkan warna biru kehitaman yang dapat diartikan bahwa sampel tersebut positif polifenol karena sesuai dengan yang tertera pada literatur.

Metabolit sekunder yang terdapat pada maserasi sirih cina ternyata memiliki rasa yang pedas dan sejuk dan berkhasiat sebagai pengobatan yaitu luka bakar dan terpukul, penyakit ginjal, sakit kepala, dan demam (Hariana, 2015). Ekstrak dari daun tanaman ini dapat menyembuhkan luka bakar (Kojong, 2013), ekstrak daun dari tanaman ini juga dapat dimanfaatkan sebagai antikanker dan antibakteri (Wei et al., 2011). Daun ini juga memiliki aktivitas antibakteri yang mampu menghambat pertumbuhan Aeromonas hydrophila, Edwardsiella tarda, Escherichia coli, 13 Flavobacterium sp., Klebsiella sp., Pseudomonas aeruginosa, Salmonella sp., Vibrio alginolyticus, Vibrio cholera, Vibrio parahaemolyticus (Wei et al., 2011).

 

 

VI. Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

Hasil uji skrining fitokimia membuktikan bahwa pada sampel maserasi sirih cina (Peperomia pellucida) mengandung senyawa metabolit sekunder alkaloid, flavonoid, dan polifenol yang telah dibandingkan dengan literatur.

6.2 Saran

Pada penggunaan pipet tetes haruslah dibersihkan terlebih dahulu apabila ingin mengambil pelarut yang berbeda agar hasil yang didapatkan sesuai dengan literatur.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Angelina, M. Turnip, M. Khotimah, S. (2015). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum sanctum L.) Terhadap Bakteri Eschericia coli & Staphylococcus aureus. Jurnal Protobiont. Vol. 4 (11); 184-189.

Dirjen POM. (2014). Farmakope Indonesia V. Jakarta: Depkes RI.

Endarini, L.H. (2016). Farmakognosi dan Fitokimia. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.

Hariana, A. (2007). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kankanamge, A. a. (2017). A Review On Pharmaconognostic,Phytochemical and Ethnopharmacological Findings Of Peperomia pellucida (L.) Kunth: Pepper elder. International Research Journal of, 18–20. Retrieved from http://www.irjponline.com/admin/php/uploads/2817_pdf.

Kojong, M. d. (2013). Formulasi Gel Ekstrak Daun Sasaladahan ( Peperomia pellucida ( L .) H . B . K ) dan Uji Efektivitasnya Terhadap Luka Bakar pada Kelinci (Oryctolagus Cun). Retrieved from Jurnal Ilmiah Farmasi: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/viewFile/1606/1295.

Oktavia et al,. (2020). Skrining Fitokimia dari dan Ekstrak Etanol 70% Daun Cincau Hijau (Cyclea barbata Miers). Cerata Jurnal Ilmu Farmasi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin. 11(1):2-3.

Wardhani et al,. (2018). Skrining Fitokimia Aktivitas Antioksidan dan Kadar Total Fenol-Flavonoid Ekstrak Daun dan Buah Tanaman Galam Rawa Gambut. Jurnal Inovasi Pendidikan Sains. 9(2):135.

Wei, L. S., W.Wee, Y. S. F. Julius, and Desy F. S. (2011). Characterization of Anticancer, Antimicrobial , Antioxidant Properties and Chemical Compositions of Peperomia pellucida Leaf Extract. Retrieved from Acta Medica Iranica: http://acta.tums.ac.ir/index.php/acta/article/viewFile/3816/3791.



LAMPIRAN


(Pemasukkan sampel 2 ml uji alkaloid)


(Pemasukkan HCl 2N dan pereaksi alkaloid)


(Penimbangan serbuk Mg 1 gram untuk uji flavonoid)


(Pemasukkan 1 ml sampel uji flavonoid)


(Pemasukkan serbuk Mg, kocok untuk uji flavonoid)


(Pemasukkan 2 ml sampel dan 3 tetes FeCl3, kocok untuk uji polifenol)