Postingan Populer

Senin, 05 April 2021

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA “DESTILASI MINYAK ATSIRI JAHE MERAH (Zingiber officinale)”

  LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

      DESTILASI MINYAK ATSIRI JAHE MERAH (Zingiber officinale)

 



 

DISUSUN OLEH :

 

Nama                          : Riski Agustian Pratama

Npm                            : F0I019049

Kelas                           : 2A

Kelompok                  : 3

Dosen Pengampu      : Apt., Suci Rahmawati, M.Farm.

 

 

 

 

LABORATORIUM FITOKIMIA

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AKADEMIK 2021






I. Tujuan Praktikum

a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan destilasi

b. Untuk mengetahui cara pembuatan destilasi minyak atsiri Jahe Merah (Zingiber officinale)

c. Untuk mengetahui hasil destilasi minyak atsiri dengan perbandingan literatur

II. Landasan Teori

2.1 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, simplisia pelikan atau mineral. Pada umumnya pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan, yaitu pengumpulan bahan, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, dan penyimpanan (Ritiasa, 2000). Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh dan bagian tanaman.Simplisia hewani yaitu simplisia yang dapat berupa hewan utuh, bagian dari hewan atau zat berguna yang dihasilkan hewan, tetapi bukan berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral yaitu simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah secara sederhana belum berupa zat kimia murni (Agoes, 2007).

2.2 Ekstraksi

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya (Harbone, 1987). Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dan tidak dapat larut dalam pelarut. Simplisia yang disari mengandung zat aktif yang terlarut dan tidak terlarut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. Proses penyarian yaitu pembuatan serbuk, pembasahan, penyarian dan pemekatan. Penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk dalam simplisia bersentuhan dengan cairan penyari semakin luas, tetapi penyarian masih tergantung pada sifat fisik dan kimia dari simplisia. Bahan pelarut mengalir ke dalam ruang sel simplisia yang dapat mengakibatkan protoplasma membengkak dan bahan kandungan dalam sel akan terlarut sesuai dengan kelarutannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan ekstraksi, sebagai berikut:

a.       Derajat kehalusan simplisia

b.      Jenis pelarut yang digunakan dalam ekstraksi

c.       Jumlah simplisia yang akan diekstrak

d.      Waktu ekstraksi

e.       Metode ekstraksi

f.       Kondisi proses ekstraksi (Marjoni, 2016).

Jenis ekstraksi tergantung pada bahan kandungan serta stabilitas simplisia, tetapi karena banyak tumbuhan yang dapat larut dalam alkohol, air, atau etanol maka pelarut tersebut lebih banyak digunakan sebagai cairan pengekstraksi (Purwanto, 2009).

2.2.1 Destilasi

Ekstraksi untuk mendapatkan minyak atsiri pada tanaman obat yaitu dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti destilasi, enflurge, esktrasi dengan pelarut non polar, sampai yang terbaru adalah metode Supercritical Fluid Extraction (SFE). Metode yang palig sering digunakan adalah destilasi Destilasi adalah suatu metode pemisahan analit dari komponennya dengan menggunakan prinsip dasar perbedaan titik didih. Destilasi dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu destilasi air, destilasi uap, dan destilasi uap-air (Gandjar dan Rohman, 2007). 


Dalam proses destilasi minyak jahe penanganan pendahuluan akan berpengaruh besar terhadap efisiensi proses dan kualitas minyak yang dihasilkan. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah waktu penganginan/pengeringan sehingga perlu dilakukan sejauh mana pengaruhnya terhadap efisiensi proses. Selain itu faktor yang berpengaruh yaitu pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi minyak jahe dan metode distilasi.

2.3 Minyak Atsiri

Minyak atsiri atau essential oil adalah metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman dan sebagai salah satu komoditas yang memiliki permintaan pasar yang besar. Minyak atsiri biasanya berwujud cair dan memiliki aroma khas sesuai dengan sumber tanamannya. Minyak atsiri bersifat mudah menguap, mudah larut dalam pelarut organikPemanfaatan minyak atsiri sangat luas mulai dari kosmetika, parfum, industri makanan dan minuman, sampai industri obat-obatan (Julianto, 2016).

2.4 Uraian Tanaman

2.4.1 Klasifikasi rimpang Jahe Merah (Zingiber officinale)

Jahe merupakan tanaman berbatang semu,tinggi 30 cm sampai dengan 1 m, tegak, tidak bercabang, tersusun ataslembaran pelepah daun, berbentuk bulat, berwarna hijau pucat dan warnapangkal batang kemerahan. Akar jahe berbentuk bulat, ramping, berserat,berwarna putih sampai coklat terang. Tanaman ini berbunga majemuk berupamalai muncul di permukaan tanah, berbentuk tongkat atau bulat telur yangsempit. (Wardana, 2002). jahe merah yang ditandai dengan ukuran rimpang yang kecil, berwarna merah jingga, berserat kasar, beraroma serta berasa sangat tajam (Rukmana, 2000).

Klasifikasi rimpang Jahe, sebagai berikut:

Kingdom         : Plantae

Divisi               : Spermatophyta

Subdivisi         : Angiospermae

Kelas               : Monocotyledonae

Ordo                : Zingiberales

Famili              : Zingiberaceae

Genus              : Zingiber

Spesies            : Zingiber officinale Rosc. (Rukmana, 2000).

Jahe banyak mengandung berbagai fitokimia dan fitonutrien. Beberapa zat yang terkandung dalam jahe adalah minyak atsiri 2-3%, pati 20-60%, oleoresin, damar, asam organik, asam malat, asam oksalat, gingerin, gingeron, minyak damar, flavonoid, polifenol, alkaloid, dan musilago. Minyak atsiri jahe mengandung zingiberol, linaloal, kavikol, dan geraniol (Suranto, 2004). Di dalam rimpang jahe merah terkandung zat gingerol, oleoresin, dan minyak atsiri yang tinggi, sehingga lebih banyak digunakan sebagai bahan baku obat yang berfungsi sebagai obat pencernaan dan perut kembung, sakit kepala, kerongkongan, mulas dan batuk kering (Lantera, 2002). Kandungan senyawa fenol pada jahe memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri E.coli, terjadinya penghambatan disebabkan karena kerusakan yang terjadi pada komponen struktural membran sel bakteri. Fenol pada jahe juga memiliki kemampuan untuk mendenaturasi protein dan merusak membran sel. Pemanfaatan minyak atsiri sangat luas mulai dari kosmetika, parfum, industri makanan dan minuman, sampai industri obat-obatan untuk meredakan masalah pencernaan, mengatasi migrain (Julianto, 2016).

 


III. Alat dan Bahan

3.1  Alat

·      Labu Destilasi

·      Pisau

·      Alat Destilasi

·      Corong

·      Waterbath

·      Erlenmeyer

·      Label

3.2 Bahan                                                       

·         Aquadest 

·         Jahe Merah(Zingiber officinale)

 


IV. Prosedur Kerja

1Cuci jahe merah di bawah air mengalir

2. Sortasi basah, lalu dirajang

3. Masukkan ke dalam labu destilasi, tambahkan aquadest sampai tanda batas

4. Masukkan ke dalam waterbath, tunggu sampai mendidih hingga suhu mencapai 100oC

5. Amati hasil minyak atsiri dan bandingkan dengan literatur

 

 

V. Hasil dan Pembahasan

5.1 Hasil

Hasil

Gambar

Keterangan

Tidak terdapat minyak atsiri pada suhu 100oC

 


Waktu proses destilasi kurang lama karena pada literatur terdapat minyak atsiri pada waktu 6 jam (Effendi, 2014).

 

5.2 Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan penyulingan Jahe (Zingiber officinale) dengan metode destilasi yaitu metode pemisahan analit dari komponennya dengan menggunakan prinsip dasar perbedaan titik didih. Dalam proses destilasi minyak, penanganan pendahuluan akan berpengaruh besar terhadap efisiensi proses dan kualitas minyak yang dihasilkan. Salah satu faktor yang berpengaruh adalah waktu penganginan/pengeringan sehingga perlu dilakukan sejauh mana pengaruhnya terhadap efisiensi proses. Selain itu faktor yang berpengaruh yaitu pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi minyak jahe dan metode distilasi.

Hasil yang didapatkan yaitu tidak terdapat pada suhu 100oC dalam waterbath. Pada studi literatur dinyatakkan bahwa waktu destilasi dapat berpengaruh pada pelarut yang digunakan serta hasil/rendemen minyak atsiri yang diperoleh. Pada keadaan lain pun menyatakan bahwa sampel yang akan disuling seharusnya dikeringkan dahulu dan perajangan harus sesuai. Waktu proses destilasi kurang lama karena pada literatur terdapat minyak atsiri pada waktu 6 jam (Effendi, 2014). Banyaknya literatur dan penelitian mengenai minyak atsiri karena untuk memperoleh minyak atsiri yang berkualitas harusnya memiliki penanganan/prosedur yang benar.

Jahe merupakan tumbuhan rimpang yang digunakan masyarakat sebagai bumbu masakan dan bahkan sebagai obat herbal terutama untuk antiinflamasi karena kandungannya yang bersifat karminatif, rimpang jahe merah berukuran kecil, berwarna merah jingga, berserat kasar, beraroma serta berasa sangat tajam (Rukmana, 2000). Kandungan rimpang jahe banyak mengandung berbagai fitokimia dan fitonutrien yaitu minyak atsiri 2-3%, pati 20-60%, oleoresin, damar, asam organik, asam malat, asam oksalat, gingerin, gingeron, minyak damar, flavonoid, polifenol, alkaloid, dan musilago. Rimpang jahe banyak digunakan sebagai bahan baku obat yang berfungsi sebagai obat pencernaan dan perut kembung, sakit kepala, kerongkongan, mulas dan batuk kering (Lantera, 2002). Kandungan senyawa fenol pada jahe memiliki kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri E.coli yang sangat berbahaya bagi tubuh seperti mengakibatkan diare bercampur darah, kram perut, dan muntah-muntah. Minyak atsiri jahe memiliki banyak manfaat yaitu sebagai kosmetika, parfum, industri makanan dan minuman, sampai industri obat-obatan untuk meredakan masalah pencernaan, mengatasi migrain (Julianto, 2016).

 


VI. Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan

Tidak terdapat minyak atsiri yang diperoleh karena beberapa faktor pada literatur yaitu perajangan yang tidak sesuai dan lamanya proses destilasi. Minyak atsiri memiliki banyak manfaat yaitu sebagai kosmetika, parfum, dan obat-obatan.

6.2 Saran

Pada proses perajangan sebaiknya ukuran pada proses perajangan sesuai dengan literatur dan pada saat praaktikum haruslah memakai alat pelindung diri lengkap.

 

 

DAFTAR  PUSTAKA

Agoes, G. (2007). Teknologi Bahan Alam. Bandung: Press Bandung.

Effendi, dkk. (2014). Distilasi dan Karakterisasi Minyak Atsiri Rimpang Jeringau (Acorus Calamus) Dengan Kajian/ Lama Waktu Distilasi dan Rasio Bahan : Pelarut. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(2) 2-6.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Julianto, T,S. (2016). Minyak Atsiri Bunga Indonesia. Yogyakarta: Deepublish.

Lantera. (2002). Khasiat & Manfaat Jahe Merah Si Rimpang Ajaib. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Marjoni R. (2016). Dasar-Dasar Fitokimia Untuk Diploma III Farmasi. Jakarta: Trans Info Media.

Purwanto, T. L. (2009). Optimasi Volume Etanol dan Aquadest dalam Proses Perkolasi Daun Stevia (Stevia rebaudiana Bertonii M.) Dengan Aplikasi Desain Faktorial. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Ritiasa, K. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat Tradisional.

Rukmana R. (2000). Usaha Tani Jahe Dilengkapi dengan pengolahan jahe segar. Yogyakarta: Seri Budi Daya Penerbit Kanisius.

Suranto, Adji. (2004). Khasiat dan Manfaat madu Herbal. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Wardana. (2002). Budidaya secara Organik Tanaman Obat Rimpang. Jakarta: Penebar Swadaya.

0 comments:

Posting Komentar